Kalian pasti udah nggak asing dengan kebaya. Pakaian elegan dan anggun yang sering digunakan oleh perempuan ini, ternyata bukan hanya dimiliki oleh Indonesia. Di negara Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand, rupanya juga memiliki pakaian kebaya! Hmmmm, kok bisa, ya?
Negara Lain yang Memiliki Kebaya
Kelima negara tersebut kompak untuk bersama-sama mengajukan kebaya ke UNESCO sebagai warisan budaya tak benda (Intangible Cultural Heritage). Pengajuan bersama-sama kebaya ke UNESCO adalah wujud dari kekompakan antar negara di bidang budaya. Di sisi lain, juga menjadi wujud penyadaran bahwa kebaya adalah kebudayaan yang bersifat akulturasi dan menyebar ke berbagai negara lainnya.
Makanya nggak mengherankan jika kebaya bukan hanya milik Indonesia. Bersumber dari tirto.id, menyebarnya kebaya ke berbagai negara lainnya disebabkan oleh pengaruh kerajaan Majapahit yang berdasarkan bukti arkeologi, kebaya menjadi pakaian yang berkembang di sana. Kala itu, Majapahit mempunyai pengaruh yang besar, bahkan sampai keluar Indonesia. Sehingga, nggak mengherankan jika kebaya menyebar ke negara tetangga.
Bahkan, kebaya Malaysia, terinspirasi dari kebaya Sumatra Selatan. Hal itu diungkapkan oleh Dr. Wesnina, dosen Pendidikan Tata Busana UNJ. Ketika dirinya sedang studi doktoral di Malaysia, ia menemukan fakta bahwa kebaya Malaysia terinspirasi dari kebaya Sumatera Selatan.
Sumber gambar: Detik.com
Menelisik Sejarah Kebaya di Indonesia
Berbicara tentang kebaya Indonesia, ada nilai sejarah yang sifatnya lentur, cair, dan nggak final. Ada yang menuliskan kalau kebaya di Indonesia berkembang setelah datangnya para imigran Tionghoa ke Indonesia pada abad ke-15 melalui jalur perdagangan. Kemudian lambat laun, kebaya menjadi pakaian yang digunakan oleh keluarga kerajaan.
Tapi, ada juga yang mengatakan bahwa kebaya berkembang di Indonesia saat Portugis datang ke Jawa pada tahun 1512. Hal itu juga diperkuat dari tinjauan kebahasaan, bahwa kebaya berasal dari bahasa Portugis, yakni caba atau cabaya.
Tapi, menurut Dr. Wesnina, dirinya nggak setuju kalau dikatakan kebaya berasal dari Portugis dan percampuran dari budaya lain. Jauh sebelum itu, kebaya sudah berkembang pada masa kerajaan Majapahit.
Kebaya yang Bernilai Politis dan Simbolis
Terlepas dari perdebatan sejarah masuknya kebaya di Indonesia, ada sebuah fakta bahwa kebaya menjadi simbol dari kelas sosial. Pada masa kolonial, perempuan Eropa awalnya senang menggunakan kebaya berwarna putih. Seiring berjalannya waktu ketika mulai menyebarnya pakaian gaun, perempuan Eropa beralih dari menggunakan kebaya ke gaun. Alasannya, perempuan Eropa nggak mau menggunakan baju yang sama seperti pribumi.
Sebelum menyebarnya gaun pada perempuan Eropa, kebaya juga menjadi objek simbol untuk membedakan orang pribumi dengan perempuan Belanda. Kebaya yang digunakan perempuan Belanda, berwarna putih dan berenda. Sedangkan kebaya yang digunakan perempuan pribumi memiliki warna selain putih dan nggak menggunakan berenda.
Meski terjadi pembentukan kelas yang dilakukan oleh perempuan Eropa, pribumi justru memaknai kebaya sebaliknya. Bagi pribumi, kebaya digunakan sebagai simbol perlawanan anti kolonial. Bahkan, pada masa Orde Lama, Soekarno menjadikan kebaya sebagai pakaian nasional dan bentuk perlawanan anti pada budaya Barat.
Meski dilakukan upaya pembentukan identitas nasional melalui kebaya, pada tahun 1970-an kebaya mengalami kemerosotan eksistensi. Penyebabnya karena meledaknya budaya Eropa dan Jepang di kehidupan masyarakat. Sehingga memunculkan pandangan jika kebaya menjadi pakaian yang kolot.
Beruntungnya, kebaya kembali digemari oleh masyarakat Indonesia di tahun 2000-an. Tentunya, dengan adanya modifikasi bentuk yang lebih modern.
Wah… ternyata di balik keindahan dan keanggunan kebaya, ada banyak dinamika di baliknya, ya. Dari politik, kelas sosial, sampai modernisasi.
Keberagaman Kebaya Indonesia
Selain punya banyak dinamika, kebaya Indonesia juga punya banyak jenis, loh. Ini terjadi karena setiap daerah punya ciri kebaya yang berbeda-beda.
Sumber gambar: Engrasia
Kebaya Betawi dipengaruhi oleh budaya Tionghoa dan Melayu. Kebayanya mempunyai warna yang cerah mencolok dan bentuk belahannya meruncing.
Sumber gambar: IDN Times
Ciri mencolok dari kebaya Sunda, ada pada bentuk lehernya yang berbentuk segilima dan belakang lehernya tegak. Untuk motifnya, ada banyak aneka bunga sebagai hiasan bordir.
Sumber gambar: Woman Indonesia
Kebaya Bali menggunakan kain brokat dan katun yang berwarna cerah. Di bagian pinggangnya diikat menggunakan obi. Biasanya, obi memiliki warna kontras dengan warna utama kebaya.
4. Kebaya Jawa Tengah
Sumber gambar: Popbela.com
Kebaya Jawa Tengah juga dikenal dengan kebaya kutabaru. Kebaya kutabaru identik dengan kain persegi di bagian tengahnya.
Dari empat kebaya yang disebutkan oleh Champ, ada nggak yang pernah kamu lihat atau kamu miliki? Sebenarnya, masih banyak kebaya yang dimiliki oleh Indonesia. Sebagai masyarakat Indonesia, kita haru mencintai dan merawat kebaya. Agar nggak hilang eksistensinya di tengah banjirnya budaya dari luar.
Harapan Champ juga, meski tiap daerah punya bentuk kebayanya masing-masing, semoga bukan menjadi simbol pertentangan. Justru harus diterima sebagai simbol keberagaman budaya Indonesia.
Udah seharusnya keberagaman bukan dijadikan alasan untuk pertentang atau konflik sosial. Justru keberagaman adalah esensi dari kehidupan manusia yang kaya identitas sosial. Yuk, sama-sama tumbuhkan toleransi dan rayakan setiap perbedaan!
Caranya gampang banget. Kalian bisa selesaikan Challenge TOLERAKSI : Aksi Toleransi untuk Harmoni Bersama Pemuda Padang dari Padang Toleran. Ikutan Challenge tersebut, kita bisa belajar makna dari sebuah toleransi. Kerennya lagi, kamu bisa membuka donasi sebesar Rp40 ribu yang didanai A Better World Foundation jika menyelesaikan Challenge. Donasi yang terkumpul digunakan untuk kegiatan kampanye toleransi di Sumatra Barat. Yuk, ambil dan selesaikan Challenge-nya.
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4934816/cerita-akhir-pekan-sejarah-kebaya-sam
pai-meluas-ke-negara-tetangga?page=4
https://tirto.id/mengenal-asal-usul-tren-kebaya-di-singapura-dan-indonesia-gy7D
https://engrasia.com/blogs/berita/6-jenis-kebaya-indonesia
https://www.beritasatu.com/lifestyle/2830820/mengenal-jenis-jenis-kebaya-yang-ada-di-indonesia#:~:text=Kebaya%20Madura%20juga%20dikenal%20sebagai,dihiasi%20dengan%20bordir%20atau%20payet.
Trismaya, N. 2018. Kebaya dan Perempuan: Sebuah Narasi Tentang Identitas. JSRW (Jurnal Seni Rupa Warna). Volume 6, jilid 2. 151-159
Septiana, A. 2022. Bibliografi Sejarah Pakain di Indonesia pada Masa Pemerintahan Hinda Belanda. Jurnal Pustaka Budaya. Volume 9, nomor 1. 20-27
Nagata, T., Sunarya, Y.Y. 2023. Perkembangan Kebaya Kontemporer Sebagai Transformasi Budaya. Jurnal Seni & Reka Rancang. Volume 5, nomor 2. 239-254
Kata “whose?” digunakan untuk menanyakan kepemilikan/kepunyaan, dalam bahasa Indonesia setara dengan “Milik siapa?”
Kata “whose?” ini dapat digunakan dalam hal:
1. Sebagai pronoun (kata ganti)
Ini karena menggantikan orang yang ditanyakan kepemilikannya.
Contoh: Whose is that car outside? (Milik siapa mobil itu yang ada di luar?)
Dalam contoh ini, “whose” sebagai pronoun, yakni sebagai kata ganti orang yang kepemilikannya ditanyakan, lalu diikuti predikat “is” dan “that car” adalah sebagai subjek kalimat, serta “outside” sebagai kata sifat keterangan tempat bagi mobil itu.
Sehingga kalau dijawab, maka jawaban yang mungkin adalah :
That car outside is Nono’s. (Mobil itu yang ada di luar [adalah] milik Nono)
Dalam contoh ini, “whose” sebagai kata ganti orang yang kepemilikannya ditanyakan, “is” sebagai predikat, dan “this” sebagai subjek kalimat.
Sehingga kalau dijawab, maka jawaban yang mungin adalah :
. (Ini adalah miliknya)
2. Sebagai an adjective (kata sifat).
Ini karena posisi “whose” berada menyifati kata benda yang ada di sampingnya (sebelah kiri kata benda tersebut). Letak kata sifat dan kata benda umumnya bedasa di sebelah kirinya, perhatikan compound berikut ini:
White board -- “white” = adjective, “board” = Noun (kata benda)
Red car -- “red” = adjective”, “car” = noun Indonesian flag -- “Indonesian” = adjective, “flag” = noun. Dan lain-lain.
Contoh dalam “whose?” adalah :
Whose car is that outside? (Mobil siapa itu yang di luar?) Dalam contoh ini, kata “Whose” digabungkan dengan kata “car”, dimana “whose” sebagai kata sifat yang menyifati kata benda (noun) “car”, lalu diikuti dengan predikat “is” + “outside”. Catatan: cara mengindonesiakan : susunan – adjective + noun seperti {whose car) adalah mendahulukan noun (car) kemudian adjective (whose), yaitu: “mobil siapa?”. Whose garden do you think looks the nicest? (Kebun siapa yang kamu piker terlihat paling bagus?) Susunan kalimat di atas adalah: Whose garden (sebagai adjective + noun), do (sebagai kata bantu kata kerja (auxiliary verb) bentuk pertanyaan, you (sebagai subjek kalimat), think (sebagai predikat kata kerja), looks (sebagai linking verb), dan the nicest (sebagai objek kata “looks”.
Jika “whose” ditulis bersama dengan
(kata depan), maka penulisannya adalah: dalam ungkapan yang lebih formal, preposition ditulis sebelum “whose”, tetapi dalam ungkapan yang lebih bersifat percakan keseharian, preposition ditulis dibelakang klausa.
were all these changes made?
(Untuk keuntungan siapa semua perubahan ini dibuat?) atau
(Semua perubahan ini dibuat untuk keuntungan siapa?)
”I’m going to buy a car”
(Saya mau beli sebuah mobil)
(Ya tentu, [dengan] uang saya [sendiri])
Dalam ungkapan di atas, pertanyaan singkat terhadap pernyataan “I’m going to buy a car” adalah ”
money?”. Dimana, “with” adalah preposition (kata depan) dan “whose” adalah kata tanya kepunyaan,
serta benda yang ditanyakan adalah “money”. Di sini tidak menggunakan predikat kata kerja, makanya disebut pertanyaan singkat.
Jadi bukan : *(Whose money with?).
Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad saw. merupakan nabi sekaligus rasul terakhir yang diberi wahyu oleh Allah Swt. Rasul saw. pun juga seorang figur yang memiliki kehidupan keluarga yang penuh keberkahan.
Beliau memiliki anak-anak yang memainkan peran penting dalam menyebarkan ajaran Islam dan mempertahankan nilai-nilai yang dianut oleh umat Islam. Dalam artikel ini, kita akan mengenang beberapa nama putra dan putri Nabi Muhammad saw., serta nama ibu mereka yang menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah keislaman. Mari kita simak bersama!
Putra Nabi Muhammad Saw.
1. Al-Qasim bin Muhammad (lahir sekitar tahun 598 M): Putra sulung Nabi Muhammad saw. dari pernikahannya dengan Khadijah binti Khuwailid, seorang wanita yang mulia dalam sejarah Islam. Al-Qasim meninggal pada usia muda, sebelum mencapai usia dewasa.
2. Abdullah bin Muhammad (lahir sekitar tahun 600 M): Merupakan putra kedua Nabi Muhammad saw. dari pernikahannya dengan Khadijah. Abdullah juga meninggal di usia muda, membuat Nabi dan keluarga merasakan kedukaan yang mendalam.
Baca Juga: Rasulullah Sosok yang Penyayang, Ini Dia Buktinya!
Putri Nabi Muhammad Saw.
1. Zainab binti Muhammad (lahir sekitar tahun 599 M): Putri sulung Nabi Muhammad saw. dari pernikahannya dengan Khadijah. Zainab menikah dengan Abu al-As ibn al-Rabi’ dan menjadi ibu dari dua anak.
2. Ruqayyah binti Muhammad (lahir sekitar tahun 601 M): Putri kedua Nabi Muhammad saw. dari pernikahannya dengan Khadijah. Ruqayyah menikah dengan Utsman bin Affan dan meninggal saat Nabi masih hidup.
3. Ummu Kultsum binti Muhammad (lahir sekitar tahun 603 M): Putri ketiga Nabi Muhammad saw. dari pernikahannya dengan Khadijah. Ummu Kultsum menikah dengan Utsman bin Affan setelah kematian Ruqayyah.
4. Fatimah az-Zahra (lahir sekitar tahun 605 M): Putri termuda Nabi Muhammad saw. dari pernikahannya dengan Khadijah. Fatimah dikenal sebagai salah satu tokoh wanita teragung dalam Islam, istri dari Ali bin Abi Thalib, dan ibu dari Hasan dan Husain.
Nama Ibu Anak-Anak Nabi Muhammad Saw. atau Istri Rasulullah saw.
1. Khadijah binti Khuwailid (wafat tahun 619 M): Ibu dari Al-Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah. Beliau adalah istri pertama Nabi Muhammad saw. dan wanita yang sangat dicintai oleh beliau.
Dalam tambahan yang berharga, Nabi Muhammad saw. juga memiliki seorang putra bernama Ibrahim dari istrinya yang bernama Mariah Al-Qibtiyah. Meskipun hidupnya singkat, Ibrahim menjadi bukti kasih sayang dan perhatian Nabi terhadap seluruh keluarganya, tak terkecuali mereka yang hidup sebagai hamba sahaya.
Baca Juga: Mengapa Rasulullah Jarang Sakit? Ini Dia Jawabannya!
Dengan menyebut nama-nama putra dan putri serta ibu mereka, kita tidak hanya mengenang keluarga Nabi Muhammad saw., tetapi juga menghormati peran mereka dalam menyebarkan dan mewariskan ajaran Islam.
Rasulullah saw. dan keluarganya merupakan teladan utama bagi umat Islam dalam kekuatan iman, kesabaran, dan keteguhan hati dalam menghadapi cobaan dan tantangan hidup. Semoga dengan mengenal lebih dekat keluarga Nabi saw., kita dapat mengambil pelajaran berharga dalam menjalani kehidupan dengan penuh keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.
Rumah Zakat merupakan lembaga amil zakat nasional (Laznas) milik masyarakat Indonesia yang mengelola zakat, infak, sedekah, serta dana kemanusiaan lainnya. Banyak program kemanusiaan Rumah Zakat yang terintegrasi di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lingkungan.
Sahabat bisa ikut berkontribusi bersama Rumah Zakat dengan mengikuti tautan ini.
Perasaan kamu tentang artikel ini ?
Dia Milik Siapa - Karaoke